Jumat, 26 Mei 2017

(Cerpen) STILL

STILL



Ini kisah sederhana, hanya sebuah arti dari 'kesetiaan' dan saling menerima.

Aku menikah dengannya. Dengan Enggar pria yang tampan dan mapan itu. Semua orang bahkan menyebutku sebagai perempuan paling beruntung bisa menikah dengan Enggar. Kami langsung menempati rumah baru kami. Rumah yang kecil tapi masih terasa terlalu besar kalau hanya ditempati dua orang saja.
Aku bahagia. tentu saja aku amat bahagia. Dia memberikan apa yang diinginkan oleh semua wanita pada umumnya. Aku bagai seorang ratu.

Tapi, Ketahuilah. kehidupan bagai roda. berputar. dan aku tak kan pernah menyangka kalau perputaran itu akan begitu cepat terjadi dihidupku. Aku masih ingin bahagia. Dan aku tahu betapa egoisnya aku dalam hal ini.

Sore itu, Aku mengantar suami kedokter dekat dengan perumahan kami. Enggar divonis Alzeimer.
Yang bearti suamiku akan kesulitan mengingat sesuatu.
Aku masih bahagia. Aku hanya menganggap angin lalu vonisan dokter. Paling suamiku hanya akan lupa dimana dia meletakkan sesuatu.

Seiring berjalannya waktu. Aku menangis. Aku sedang tidur nyenyak ditempat tidurku disebelahnya. Betapa kagetnya aku. tiba2 dia menyeretku keluar dari kamar dan mendorongku hingga aku terjatuh dengan kasar.

"Siapa kau, berani2nya tidur disampingku!!!" Bentaknya.

Aku tercengang. Alzeimernya semakin parah. Dan dia bahkan melupakan aku. Aku orang yang begitu dicintainya.

10 tahun kami menikah, Si Sulung sudah kelas 3 SD dan Alika Anakku yang kedua sudah masuk TK.
Aku sibuk kembali bekerja seperti saat sebelum menikah dengannya. Aku sudah bukan seorang ratu lagi. Suamiku berhenti total dari pekerjaannya. Dia bahkan kadang sudah tak bisa mengingat siapa dirinya lagi. Ibu Mertuaku sekarang tinggal dirumah kecil kami.
Rumah yang dulu terlalu besar itu sekarang menjadi amat sempit bagiku.
Aaah!! akhirnya semua orang menganggap aku perempuan paling sial karena menikahi Enggar. Akhirnya aku begitu menyadari betapa munafik mulut-mulut manusia itu.

"Kalau kau merasa jenuh, kau boleh ceraikan suamimu. biar ibu saja yang urusi dia." Kata mertuaku hati-hati.

Aku terperangah. dan menggeleng mantap.

"Ibu kasihan melihat kau kepayahan setiap hari, Ibu tak tega." Sekarang dia sudah terisak.

Aku mengusap punggungnya pelan dan berkata tegas.
"Aku ini istrinya."

Yaa, Aku Istrinya. Bukankah kita sudah saling berjanji untuk saling menerima apa adanya, dalam kondisi apapun. dan bukankah janji itu diucapkan didepan banyak orang. mana mungkin aku mengingkarinya?
hanya karna dia sudah tak bekerja lagi, sudah tidak sehat lagi. Itu janji sakral bagiku.

Aku pernah merasa lelah dan meninggalkan rumahku seharian. Tapi apa yang terjadi. Tobi anak pertamaku memberondongku dengan cerita kalau Ayahnya tidak mau makan kecuali aku yang menyiapkan. Ibu mertuaku dipukulnya dengan asbak dan keningnya berdarah. dia menganggap ibunya sendiri orang lain yang mau berbuat jahat dengannya. Hatiku kelu, aku sudah bersikap kekanak-kanakan harusnya aku tidak meninggalkan mereka.

Apakah aku pernah marah? Tentu. aku pernah marah. bahkan sering.
marah karena hidupku yang harus seperti ini. Lalu, apakah aku harus terus-terusan marah padanya. Aku tak tega. Dia bahkan tak pernah menginginkan hidupnya berubah. Dan aku merasa tak adil kalau terus harus marah padanya. Dia memukulku, membentakku, meneriakiku bahkan mengusirku dalam keadaan tidak sadar.
***

"Ralin, Apakah Kau mau menemaniku jalan-jalan? Rasanya badanku amat pegal." Katanya hari itu membuatku kaget setengah mati.
Dia memanggil namaku. Akhirnya dia mengingatku dan mau bicara padaku.

Aku mengangguk dan segera mengambil sweaterku cepat-cepat. takut jika Alzeimernya tiba-tiba menyerang.

Kami tertawa bersama. dan aku amat merindukan ini semua. Dia masih seperti dulu tampan dan mencintaiku. walau dengan balutan kaos oblong biasa dengan celana levisnya dia tetaplah Suamiku tercinta.

Kami menyusuri taman yang tak jauh dari rumah kami. Dia berceloteh tentang masa-masa kami pacaran dulu. Aku hanya bisa tersenyum simpul bahagia.
Kami pulang hampir sore dengan tubuh basah kuyup karena hujan yang tiba-tiba.
Sesampainya dirumah, dia berubah. Dia melepas dan melemparkan kaos basah itu kesembarangan tempat.
Tubuhnya menggigil, panas.
Aku segera mengambil handuk bersih dan membersihkannya, mengganti pakaiannya dan menyelimutinya.
Tak peduli dia membentak-bentak aku dan menghujani aku dengan kata-kata kasarnya. Dia sudah lupa siapa aku.
Aku bahkan tidak memperdulikan aku yang basah kuyup dan mulai menggigil.

Dia tertidur pulas disampingku, ketika aku merasa pusing dan jatuh lunglai kelantai.
Aku tersadar setelah malam larut. Tubuhku sudah dibalut selimut dan bahkan pakaianku sudah diganti.
Siapa yang melakukannya? apakah ibuku mertuaku?
Tidak.
Dia merasa keningku dengan punggung tangannya dan memeras handuk untuk mengompresku.

"Panasnya sudah turun." Katanya khawatir.

Aku terbelalak melihatnya. Aku bahkan merasa diriku sudah mulai gila.

"Kau kehujanan, badanmu panas. Kenapa kau melihatku seperti hantu sih. aku kan suamimu." katanya sambil membantuku bangun dan menyodorkan teh hangat untukku.
Aku menerimanya.

"Sudah ku bilang, jangn hujan-hujanan. Kalau hujan berteduh, nunggu reda baru lanjutkan perjalanan." Omelnya seperti aku masih anak SD saja.

Aku terdiam.

***

Semuanya sudah berlalu bukan? Aku tak pernah menyesal menikah dengan Enggar. Tak ada gunanya, Aku mencintainya dan karna aku mencintainya apapun akan aku terima dari dirinya. Apakah aku masih bahagia? Tentu saja aku masih sangat bahagia. Dia suami yang baik.

Gundukan tanah merah itu masih Basah. Alika yang masih memakai seragam sekolah SMAnya terus menepuk-nepuk bahuku dan sesekali terisak.

Dia berjalan-jalan sendirian waktu itu, karna penyakitnya dia tidak bisa mengingat jalan pulang dan dimana rumahnya.
Dia berlarian seperti orang gila, dan sebuah mobil sedan hitam menabraknya.
Dia sempat sadarkan diri selama 2 hari dirumahsakit.
Aku selalu menemaninya disana, bagaimana aku bisa pulang?

"Ralin, temani aku. genggam terus tanganku."

Aku mengangguk, dan terus mengenggam tangannya.
Dia bahkan mengecup keningku dan berkata.

"Sudah lama sekali sepertinya sudah tidak pernah ku katakan. Kalau aku mencintaimu. kau istri yang amat sempurna. Terimaksih ya untuk semuanya. Jaga Tobi dan Alika."

Dia mengingatku disaat-saat terakhirnya.
Dan sekarang dia sudah pergi.

Aku bahagia, dan aku masih mencintainya.
Bukankah aneh jika kita hanya mencintai seseorang ketika dia masih muda dan kaya atau masih cantik dan menawan?
Tidaak. itu akan hilang berganti dengan datangnya sang waktu. dan kau hanya akan mencintai dia sebatas dia masih muda,cantik,menawan dan kaya.
bukankah tak ada yang benar2 abadi?
Aku hanya mewujudkan satu kata sederhana 'setia' untuk kondisi apapun.
Bukankah takkan pernah ada yang tau?


The End.

(Cerpen) Yang Tak Terpahami

Yang Tak Terpahami




Aku melangkahkan kakiku gontai menuju salah satu ruangan diujung lobi paling pojok.
'Seruni'
Aku mengerling sekilas nama ruangan itu dan memasukinya. Ekor mataku mencari-cari sesuatu.
Ruangan ini luas ada empat bed pasien berjajar rapi berhadap-hadapan dan tersedia satu kamar mandi yang digunakan bersama penghuni diruangan salah satu Rumah Sakit milik pemerintah.
Mataku menjelajah setiap sudut dan akhirnya aku menemukan Tante Mutia yang terbujur lemah disalah satu bed pasien diruangan itu.
Tante Mutia sudah dirawat di RS ini hampir 2 hari. Disentrinya masih mengkhawatirkan. Dan hari ini aku kebagian menjaga Tante Mutia. Sebenarnya aku amat muak berada dilingkungan seperti ini, bahkan harus berbagi kamar mandi yang bagiku amat merisihkan.

"Makan! ayo makan! mau sembuh tidak! lihat semua orang sudah menghabiskan jatah makan siangnya." Bentak seorang Nenek disamping bed Tanteku.

Aku mendongak. Disana terbaring sosok ringkih yang Ya Ampun! sungguh amat memprihatinkan. Tubuhnya lemas, matanya cekung, bibir yang pucat, badan yang hanya tinggal tulang. Hatiku trenyuh. Apalagi bentakan Nenek itu semakin menjadi-jadi yang hanya dijawabi erangan menolak oleh Ibu ringkih itu.

Aku mendekatinya. Tidak! bukan aku sok pahlawan, tapi entah kenapa instuisi menuntun kakiku untuk menghampirinya.

"Biar saya saja yang suapin Ibunya Nek?" Tawarku ramah.

"Tidak usah nak, dia memang manja." Kata Nenek tua sambil terus memaksa.

"Maaf. Kalau boleh tau Ibunya sakit apa?"

"TB paru.. aah, sudah sering dia masuk RS nak. Dia sakit2an 2 tahun yang lalu sejak cerai dengan suaminya, edan dia sekarang. Dulunya dia guru SMA tapi sekarang malah kayak gini." jelas Nenek.

Aku tersenyum. Ada nada kesal dan jenuh disetiap ucapan sang Nenek.

***

Aku terjaga, kulirik arlojiku pukul 01.00. Suara siapa yang tengah malam merintih seperti ini?
Tante Mutia kulihat masih tertidur pulas dibawah pengaruh obatnya. Lalu siapa?
Penghuni bed sebelah!
Ibu ringkih itu menangis tertahan, pilu.
Aku mendekatinya, mendudukan diri dikursi yang aku tarik perlahan-lahan agar tak meninggalkan bunyi yang membangunkan penghuni kamar ini.

Aku menatapnya, mencari-cari apa yang sebenarnya dirasakan Ibu ringkih ini.
Matanya, kalau mau menatapnya dalam ada sebuah luka berkarat yang menyakitkan walau masih ada sekecil harapan samar disana tapi semuanya sirna dilebur airmata kering yang meraung-raung.

Aku menyentuh tangannya, ingin menenangkan.

"Dia pergi meninggalkanku!?" Katanya disela isakannya

Aku mengusap punggung tangannya pelan.

"Aku sangat mencintainya, kami sudah punya 2 anak. Kenapa dia tega? apa salahku?"

"Kalau Ibu mau, Ibu boleh membagi beban ibu sedikit padaku." Kataku penuh hati-hati.

Ibu ringkih itu berhenti terisak memandangku menyelidik, memegang kedua pipiku. Ada kengerian dalam diriku, membayangkan Ibu ringkih yang katanya gila itu jika nanti secara sengaja membenturkan kepalaku ketembok atau apalah.

"Kau seperti malaikat?" Katanya seperti bisikan.

***

Ibu Linda, Salah satu guru favorit di SMA Negeri dikotaku. Setidaknya hidupnya amat bahagia beberapa tahun yang lalu.
Mungkin sebelum tragedi itu terjadi.
Heni. Teman sekantor Pak Bambang, Suami Bu Linda datang merusak segalanya.

Heni memang sempurna, kulitnya yang putih, wajahnya yang ayu, tinggi, pintar, karier cemerlang memang telah mengubah pandangan Bambang. Dari sekedar teman kantor menjadi teman yang amat sangat dekat.

Dia selingkuh, Heni hamil 5 bulan. Dan mereka parahnya sudah menikah tanpa diketahui Bu Linda.

Wanita mana yang tak sakit? coba beri tahu aku.
Bu Linda diusir dari rumahnya, untung saja dia mempunyai pekerjaan yang bisa diandalkan sehingga dia bisa menghidupi dirinya dan kedua anaknya.

2 tahun bersikap biasa, seolah-olah masalah dalam hidupnya tidak pernah ada. Tapi, dia tetap tidak bisa terus berpura-pura. Rasa cinta yang amat sangat dan sebuah pengabdian kepada suaminya dengan tulus harus dibayar dengan remuk hatinya.

Bu Linda kehilangan semangat. Masa depannya dianggapnya sudah hanyut. Masalah batinnya yang berat membuat fisiknya tidak terurus. Telat makan, susah tidur, melamun sudah menjadi kerjaannya tiap hari.
Dan disinilah dia berada, Rumah Sakit.

***

"Aku ingin sekali bertemu dengannya." Kata bu Linda sambil menyeka air mata diakhir ceritanya.

"Boleh aku tau alamatnya?" tanyaku. Kata-kata itu seperti meluncur sendiri dari mulutku.

Dia mengambil tissue dimeja samping bed'nya dan menuliskan sesuatu. Aku menatapnya bingung.

"Jangan bilang-bilang! aku merampas bolpoin suster kemarin sore." katanya seraya menyembunyikan bolpoin itu dibawah bantalnya.

Dia menuliskan sebuah alamat dalam tissue itu dan menyerahkannya padaku seakan-akan seluruh hidupnya dihempaskan kepundakku.

Aku tau satu hal dimalam yang hampir subuh ini.
Dia tidak gila! Bu Linda tidak gila, dia hanya membutuhkan bagaimana 'dipahami' bukan terus dipojokkan dalam masalah hidupnya.
2 Tahun dia menyimpan rapih semua masalag dihidupnya, Mungkin aku tak bisa sekuat Bu Linda jika aku berada diposisinya.
Dan kenapa cinta begitu tragis untuknya, kenapa harus ada sebuah penghianatan dalam alur cinta.
Ini bukan cinta!

***

Perumahan Elite dipusat kota ini memang sepi. Walau sebenarnya ini hari minggu. Aku memasuki rumah mungil untuk ukuran sebuah rumah dipedesaan dengan sebuah gerbang warna hitam dan garasi kecil disamping rumahnya.
Didalamnya aku yakin mereka sedang berkumpul. Ada gelak tawa dan celetukan-celetukan yang samar-samar terdengar dari luar.

Aku memencet bel rumah itu, dan tidak sampai menunggu lama keluar ibu pemilik rumah yang masih muda dan cantik. Tubuhnya pasti menghabiskan banyak rupiah untuk menjaganya tetap semapai.
Heni! batinku
Dia menatap aku bingung.

"Permisi? Apa benar ini rumahnya pak Bambang?" Tanyaku.

Dia menatap aku curiga, dan segera pergi kedalam memanggil-manggil suaminya.

Pak bambang keluar masih menggendong anak berumur 5 tahun tertawa geli.

"Siapa kamu?" Tanyanya. Suaranya tegas.

"Ohya, Saya Alisti." Kataku sambil menyalami Pak Bambang.

Pak Bambang masih tampak bingung atas kehadiranku tiba-tiba dirumahnya.

"Saya kesini cuma mau menyampaikan, Bu Linda Irawan sakit dan beliau sedang dirawat di RS. Saya minta bapak tolong sempatkan waktu untuk datang kesana."

Pak Bambang nampak terkejut, bola matanya mengulitiku secara tidak langsung.

"Siapa kamu!!" tanyanya

"Saya cuma pingin bantu Bu Linda pak."

"Saya tidak kenal Linda dan jangan menginjakan kaki dirumah saya lagi!!!" Katanya membentak sambil menutup pintu tepat didepan mukaku.

Aku mengernyit. Usahaku sepertinya gagal. Tapi tidak.
Dari pintu garasi Bu Heni memanggilku. Ku kira dia akan memarahiku atau mungkin akan menyiramku dengan air keras. Dia meminta nomor ponselku.
Dia tampaknya mendengar percakapan kami.

***

Tante Mutia sudah baikan dan bisa dibawa pulang, dan aku sudah tidak usah repot-repot harus bantu menjaganya lagi.

Baru 5 menit yang lalu aku merebahkan diriku ditempat tidur. Ponselku berdering, deretan nomor baru terpampang dilayar ponselku.
"Siapa sih, mengganggu!" rutukku.

"Iya Halo!"

"Adek2 yang kemarin kerumah saya kan? Pak Bambang?" Kata suara diseberang.

"Iya, Kenapa ya?"

"Ini istrinya pak Bambang, saya pingin ketemu mbak Linda boleh minta tolong temenin."

***

Bu Linda masih terduduk dengan tatapan hampa dibednya saat aku dan Bu Heni kesana.
Bu Linda terkejut, seperti melihat hantu disiang bolong.
Bu Heni menghambur memeluk Bu Linda sambil sesegukan dan menggumamkan sesuatu.
Orang luar pasti beranggapan dua kawan lama yang melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu, tentu bukan. Mereka boleh dikatakan adalah musuh.

Tak ada dialog antar mereka, Bu Linda yang terus menatap kosong tanpa memperdulikan Bu Heni yang terus mengelus-ngelus punggungnya.

Pak Bambang keras kepala, sepulang dari berkunjungnya aku waktu lalu Bu Heni dan Pak Bambang bertengkar hebat. Bu Heni membujuk suaminya agak menemui mantan isterinya itu. Tapi, Pak Bambang bersikeukeuh tetap pada pendiriannya.
'Dia orang lain, dan bukan bagian hidupku.'

Bu Heni amat menyesal dengan apa yang terjadi selama ini, bayangan dan perasaan bersalahnya selalu menghantuinya. Setidaknya dia wanita kan? pasti mengerti bagaimana rasanya.
Tapi, sebagaimananya Bu Heni menyesal dia tidak akan mengembalikan semuanya. Betapa egoisnya dia saat itu. Menyakiti orang lain untuk kebahagiaannya.

***

Aku sudah jarang berkunjung keRS tempat Bu Linda dirawat. Akhir-akhir ini banyak tugas Sekolahku yang harus aku selesaikan.
Tapi, entah kenapa hari ini intuisiku tergerak untuk kesana.

Kamar Seruni itu masih seperti dulu. Tapi, tidak kutemukan sosok Ibu ringkih itu lagi.

"Permisi Bu, Ibu penghuni bed ini kemana ya?" Tanyaku pada salah satu pasien.

"Bu Linda, kemarin malam dia meninggal."

Meninggal!!
Aku mengucapkan terimakasih dan segera berlari menyusuri koridor menuju nurse station memastikan.

Dan saat itu juga, ada sebersit penyesalan dalam hidupku. Harusnya dia belum meninggal, aku ingin membuatnya bangkit lagi.
Entah kenapa aku amat merindukan dia, matanya yang cekung, bibirnya yang pucat, tubuhnya yang ringkih, erangannya yang mengganggu seisi ruangan yang saat pertama ketemu bagiku amat menyebalkan melihat sosoknya.

"Maaf mba, ada barang pasien yang tertinggal." Kata suster itu menyerahkan beberapa lembar tissue padaku.

Tadinya aku mengira suster ini memberikan tissue ini karna aku menangis, tapi tak ada air mata yang menetes. Aku mengambilnya dan hendak memasukannya kedalam tong sampah.
Tunggu!
Tissue!
Aku menyadari sesuatu, sesuatu yang sama yang pernah Bu Linda berikan padaku lewat tissue.

Sebuah tulisan, indah walau ditulis dengan tidak rapih.
Dan air mataku menetes.

***

Tulisan di tissue yang diberikan bu Linda padaku.

"Aku bahkan tak kenal siapa dirimu,
Bahkan sebuah nama untuk kusapa,
Tapi, terimakasih.
Kau setidaknya telah memberikan harapan yang indah buat saya walau itu tak terraih.

Kau tahu?
Andai aku bisa bertemu dengan Tuhan,
Aku ingin sekali memohon kepada-Nya untuk tak pernah diciptakan mulut,
Mulut yang dipergunakan manusia untuk berdusta.

Kau tahu?
Aku juga akan memohon Kepada-Nya untuk jangan sekali-kali menciptakan mata,
Mata yang hanya dipergunakan manusia untuk menilai sesuatu,
Sehingga menimbulkan kesenjangan.

Aku benci hidupku.
Betapa semuanya tak indah.

Kau datang?
Gadis itu? Wajah malaikat.
Aku ingin sekali menonjok wanita yang kau bawa tempo itu,
Betapa muka cantiknya tampak menyeramkan didepanku,
Dia bangsat!!!

Aku tak punya tenaga untuk meninjunya,
Andai jauh-jauh hari aku makan dengan banyak,
Pasti sudah kubuat hancur mukanya!.

Tapi, sudahlah, tak ada gunanya.
Aku harus pergi.
mungkin kita akan bertemu lagi,
Aku janji kalau kita bertemu lagi aku pasti akan bahagia dan tersenyum.
Terimakasih.



THE END_


Jumat, 13 Mei 2016

CARA MENYENDAWAKAN BAYI DAN PENANGANAN AWAL BAYI GUMOH




Selamat malam.
Bagaimana kabarnya ibu-ibu muda, atau calon-calon ibu-ibu?
Apakah bayi anda sudah tertidur pulas, atau masih merengek dipangkuan anda.
Bayi adalah mahluk Tuhan paling lucu yang dititipkan kedalam rahim kita dan akan menyandang status anak. Kita sudah di beri amanat itu harus menjaganya dengan baik, tulus dan sepenuh hati.
Jadi, kita harus bersabar dan penuh kasih sayang saat mengurusnya.

Anda para ibu-ibu muda pasti masih worry dengan kondisi bayi anda, bayi anda yang rewel, susah minum, ASI yang belum keluar maksimal, bingung cara mengganti popok bayi, bayi anda yang panas, atau bayi anda yang gumoh, dan masalah lainnya. Jangan sampai anda mengalami syndrom baby blues. Karena bayi perlu dimengerti juga, mereka belum mampu mengungkapkan perasaan jadi kita yang harus peka dan mencari penyebabnya mengapa bayi kita rewel.
Nah, dimalam ini saya akan membahas bagaimana caranya menyendawakan bayi setelah selesai menetek ibunya dan penanganan awal mengatasi bayi gumoh.

CARA MENYENDAWAKAN BAYI SETELAH MINUM ASI

Aktivitas menyusui akan menjadi hal yang lumrah saat kita menjadi ibu. Karena ASI adalah salah satu wujud kasihsayang Ibu terhadap buah hatinya. ASI juga hadiah terbaik yang dipersembahkan seorang Ibu.
Kita harus memberikan ASI esklusif kepada buah hati kita selama 6 bulan sebelum memberikan Makanan pendamping ASI. Selama 6 bulan itu kita harus maksimal memberikan yang terbaik. Harus menjaga kandungan zat gizi di ASI kita supaya baik untuk bayi kita, dengan cara makan-makanan yang bergizi yang membuat Air susu lancar seperti kacang-kacangan.
Setelah menyusui bayi kita ada baiknya kita sendawakan dulu bayi kita sebelum kita menidurkanya, menyendawakan bayi itu penting karena menyendawakan bayi bertujuan untuk mencegah bayi muntah atau biasa disebut gumoh.

Cara menyendawakan bayi:

  • Pastikan tangan kita selalu bersih sebelum memegang si kecil dengan cara cuci tangan dulu.
  • Kedua, pegang antara kepala dan bahu bayi dengan tangan kiri kita.
  • Selanjutnya, tepuk punggung bayi dengan lembut dan penuh kasih sayang sampai bayi bersendawa
  • Lakukan seperti digambar (a)
Atau, dengan cara yang kedua
  • Letakkan bayi dipundak kita dengan posisi tengkurap, jaga posisi bayi agar tidak jatuh dan tetap nyaman
  • Tepuk punggung bayi secara lembut dan tetap penuh kasih sayang, seperti di gambar (b)
  • Tetap waspada dan selalu berhati hati.

 (a)

 (b)





CARA MENGATASI BAYI GUMOH

Gumoh terjadi karena bayi kita kelebihan volume cairan dilambung, lambung bayi yang masih notabene rawan dan kecil. Atau bisa juga disebabkan karena faktor posisi menyusui yang salah.
Jangan khawatir dan panik ibu-ibu semua. Hal pertama yang perlu dilakukan saat bayi kita gumoh adalah 
  • Memposisikan miring bayi kita, seperti gambar (c),
  • Menepuk-nepuk punggung bayi, tunggu beberapa menit sampai cairan gumohan keluar semua, seperti pada gambar (d),
  • Bersihkan mukut bayi dengan tissue kering bersih, 
  • Ganti pakaian bayi dengan pakaian bayi yang bersih apabila pakaian bayi basah terkena cairan gumoh, 
  • Pastikan bayi tetap hangat dan nyaman.
 (c)

 (d)



Kenapa harus posisi miring? agar cairan didalam tubuh bayi dapat keluar semua dan tidak masuk kedalan paru-paru bayi yang bisa mengakibatkan aspirasi sehingga bayi bisa mengalami sianosis atau kekurangan oksigen sehingga menjadi kebiru-biruan.
Nah, Ibu-ibu jangan khawatir lagi yaa, tetap semangat ngurus buah hatinya.

Rabu, 04 Mei 2016

Hidup Sendiri adalah Anugerah, Ayo Bersyukur!

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Malam semua pembaca dimanapun berada dan sedang melakukan kegiatan apapun, terimakasih sudah mau meluangkan waktu 24 jamnya untuk membaca tulisan saya yang gak menarik ini.

Harus ada kata pembuka ya untuk sebuah kalimat. Kadang basa-basi emang perlu tapi kadang basa-basi jadi kelewat basi. Haha
Insomnia lagi kambuh nih, jadi bingung mau ngapain, cuman bisa bengong dan ngelantur.

Nah dari bengong itu akhirnya aku dapat pencerahan.
Ternyata mata bisa merem itu kenikmatan yang luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada kita.
Tapi, kita nggak pernah mensyukuri nikmat Allah SWT dari yang terkecil. Kita jadi manusia terlalu sombong ya ternyata. Terlalu menyepelekan hal kecil dan mengejar hal besar.
Kayak kaki nih, digunakan jalan enak, nyaman, coba ditelapak kaki tiba-tiba ada bisul kecil satu nyempil disana, buat jalan susah, pergi ke Sekolah susah, pergi Kerja susah, kemanapun susah.

Kita sering mengabaikan itu semua, menganggap hal itu sepele dan melupakan bersyukur.
Kita terlalu fokus pada hal-hal yang besar, pada pencapaian-pencapaian besar dan merasa Allah SWT tak peduli pada kita.
Kita terlalu sibuk, dan melupakan hal kecil yang sesungguhnya amat penting untuk kita, kenikmatan-kenikmatan-Nya yang tak kasat mata seperti kesehatan badan, keamanan, matahari, air, makanan, dan masih banyak lainnya dan tak terhingga.
Seperti didalam QS Ibrahim: 34
" Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. "

Nah yuk, sebelum terlambat mulai biasakan diri untuk bersyukur.

Hal pertama yang perlu dilakukan, paling murah, paling simple adalah mengucap kalimat hamdalah atau "Alhamdulillah".
Alhamdulillah bisa makan dengan tenang, dengan nikmat, Alhamdulillah bisa mandi tanpa kehabisan air, Alhamdulillah bisa tidur dengan nyenyak.

Hal yang kedua, tataplah lingkungan sekitar, masih banyak orang-orang yang kekurangan.
Amati lingkungan sekitar, kita kadang selalu mengeluh kekurangan, mengeluh makan hanya lauk tempe dan tahu, televisi dirumah kecil, rumah sempit, kalau hujan bocor dimana-mana. Tapi, masih banyak sekali saudara-saudara kita yang mengalami hal lebih kekurangan. Makan yang hanya 1x sehari, boro-boro nonton televisi, rumah untuk berteduh pun tak punya. Kita yang lebih harus lebih bisa banyak-banyak bersyukur. Syukur-syukur bisa membantu. Hehe

Ketiga. Diam dan merenung.
Saat ada masalah, kita terlalu fokus dengan masalah itu, sibuk marah-marah, memaki kesana kemari. Coba untuk duduk, diam dan merenung. Merenungi masalah kita, mensyukuri masalah kita. Karena dengan adanya masalah kita menjadi lebih baik lagi, tidak akan mengulangi lagi, dan lebih berhati-hati lagi. Luangkan waktumu sejenak untuk duduk, diam, merenung, menghela nafas dan bersyukur. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan.

Sekian dulu dari saya, semoga tulisannya berguna.
Karna saya manusia biasa, maaf kalau tulisannya banyak ngawurnya. hehe
Dan saya manusia yang sedang belajar bersyukur.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Minggu, 22 November 2015

Satu Cup Ice Cream Gratis.

Selamat malam readers...
Readers? Aku belum punya readers kali, ya udah, Selamat malam calon pembacaku dimanapun kalian berada. Haha
Ini tulisan pertamaku diblog.ku yang baru lahiran. Bingung aku mau nulis apa. Daripada kosong melompong banyak jaring laba-labanya rumah kosong yang gak dihuni mending aku tulis apa ajalah. Agak alay deh kayaknya.

Oke! Kembali ketopik.
Emang bener ya, kalau kita nanam biji cabe pasti tumbuhnya cabe juga gak bakalan jadi tomat. Begitu juga kebaikan, kalau kita berbuat baik inshaAllah bakalan ada balasannya
Tadi sore, sepulang kerja aku hangout bareng sama temanku ke Lapangan Jetayu Pekalongan. Salah satu tempat kebanggaan Pekalongan tercinta, yang terkenal dengan tulisan B-A-T-I-K nya dan Museumnya, kalau ke Pekalongan kudu wajib kesini nih.
Nah kami berdua nongkrong disitu tuh, beli ice cream batok yang lagi hits di sosmed.



Ngiler gak liatnya. Haha
Ice cream biasanya ditaruh dimangkuk, digelas atau dicup, ice cream ini berbeda.
Ice Cream ini wadahnya pakai batok kelapa yang masih muda, kalau di Pekalongan disebut dengan degan. Ada 35 toping yang bisa dipilih sendiri sesuai selera, kebetulan aku milih toping mangga, traffers, dan chocco chips. Ada j3 jenis ice cream, yaitu vanila, chocolate, dan strawberry bisa dimix sesuai selera. Dan aku nyoba ngemix strawberry sama vanila karna ice cream coklatnya sudah habis 😯.

Gara-gara gak kebagian tempat duduk akhirnya aku duduk dikursi plastik yang disediakan mas-mas yang jualan.
Namanya aja aku, mahluk sok kenal yang ngobrol sama siapa aja langsung rame akhirnya ngobrol asiik juga sama yang jualan ice cream ini, nyampe si mas-mas ini cerita tentang istrinya yang mau lahiran bentar lagi, bahkan mau merekrut aku jadi pegawainya. Its oke, bisa diajak kerja sama nih. Haha
Dan akhirnya aku ngasih sedikit masukan tentang pelayanan jualan masnya itu.
Serius, aku sok kenal banget.
Gatau malu ternyata yaa aku. Kemarin-kemarin disangka mau nyulik anak orang gara-gara tuh anak digodain langsung akrab sama aku, sekarang ada apa dengan ice cream batok?
Tiba giliran aku yang dilayanin, ice creamku akhirnya datang juga. Horreee! enak juga nih ice cream, mungkin karna makannya dipinggir jalan yaa jadi suasananya sejuk sejuk bising.


Ice cream pun sudah kulahap sampai habis, giliran kita mau beranjak pulang satu cup ice cream mendarat di batok kami .kami dapat bonus gratisan ice cream karena aku jadi pengmbeli istimewa yang udah datang jauh-jauh, cerewet dan banyak membantu.

Oke, terimakasih mas-masnya. Moga rejekinya dipermudahkan, dan semoga nanti anaknya lahir sehat, selamat sama ibunya juga.
Dan terimakasih juga karena ice creamnya aku sekarang lagi meringis kesakitan gara-gara sakit gigi.
Yang di Pekalongan  jangan lupa mampir yaa tapi besok hari senin tanggal 23 November tutup karena istrinya yang jualan mau lahiran.
Hanya 15k. Murah kok, cocok dikantong kita-kita.Buka dari jam 11 pagi sampai jam 6 sore.
Buruan guys...! Siapa tau dapat ice cream gratis kayak aku. Haha